Archive for Maret 2013

Haru dan Aku: Identik Korea Asia

Jumat, Maret 15 1 Comment »



Sebenarnya baru dua novel yang saya miliki dari penerbit haru. Pertama, My name is Kim Sam Soon dan yang kedua 4 ways to get a Wife!.

Pada awalnya saya membeli buku pertama karena pada waktu itu bingung untuk memilih buku apa yang saya harus beli setelah buku yamg saya niatkan dari rumah sebelumnya belum tersedia ditoko buku. Entah, bingung juga alasannya tapi mungkin ‘cover’ yang menarik benar-benar membuat saya penasaran. Terlebih lagi ini adalah buku yang ‘korea’ banget. Sedangkan saya pada awalnya tidak tertarik dengan korea. Buku yang kedua saya beli karena membaca resensi dari teman twitter. Ya! Karena diberi ‘rating’ 5 jadi benar-benar buat saya penasaran. Terlebih lagi ‘cover’ jadi salah satu senjata andalan. Soal isinya, sudah tidak diragukan lagi ‘identik’ dengan asia. Inilah ciri khas dari penerbit haru.

Saran saya, teruslah menerbitkan buku yang memang sudah menjadi ciri khasnya. Terus, beri juga dukungan untuk penulis-penulis lokal yang berbakat. Siapa tahu selama ini penerbit haru ‘mengimpor’ buku dari korea/jepang suatu saat bisa mengekspor buku-bukunya sendiri ke sana. Amin!
Semangat yaa.. Sukses selalu..

Tak Romantis!

Rabu, Maret 13 No Comments »



Sudah kurangkai semua kata-kata indah ini. Tapi sebenarnya aku juga bingung dan ragu, apakah kata-kata yang kurangkai ini sudah indah dan romantis? Sedangkan aku adalah orang yang benar-benar jauh dari kata romantis. Tapi untuk dirimu dan untuk kisah kita yang akan berujung ini, aku rela menjadi orang yang benar-benar romantis!
“Den, kenapa kamu ajak aku kesini? Restoran ini terkenal mahal sekali!”
“Ah, sudahlah. Gak usah kamu pikirkan Ren!”
“Tapi kenapa Den? Ini kan bukan hari sepesial buat kita, dan kenapa juga kamu paksa aku memakai gaun yang kamu belikan secara mendadak kemarin?”
“Ren..” Aku mulai gemetaran, lidahku tiba-tiba kelu tak bisa berkata.
“Den, kamu kenapa?”
“Ren.. Aku.. Aku..” Aku mulai terbata-bata ingin mengucapkan sesuatu yang sudah kukarang semuanya. Untung aku sempat menyalinnya diatas kertas. Kini tanganku berusaha meraih kertas itu. Tapi semakin dalam aku rogoh kantong celanaku, kertas itu semakin nyata hilang. Entah terselip dimana?.
“Kamu kenapa Den? Jangan aneh-aneh! Aku jadi takut nih!”
“Aku.. aa..kuu.. sayang kamu Ren.. Aku betul-betul sa..ya..ngg dengang kam..uu” Aku tergagap bagai Aziz gagap. Ah, sungguh tak romantis!.
“…” Reny terdiam melihat aku gugup hampir mati.
“Ren, aku ingin melamar kamu untuk menjadi istriku.. Aku ingin semua hubungan ini berujung seperti ini. Aku ingin kamu untuk jadi istriku, menemani aku.. Selamanya..” Aku benar-benar lepas mengucapkan semuanya. Sungguh sudah tak kuperdulikan lagi kata-kata indah itu.
“…” Reny masih terdiam.
Aku mengeluarkan cincin yang aku simpan dikantong depan baju kemejaku yang berwarna putih ini. Aku bersyukur cincin ini tidak ikut hilang seperti kertas itu. Kuambil jemari tangan kanannya yang lentik itu. Dengan pelan dan hati-hati serta gemetaran kupasang dijari manisnya.
“Dendra, aku menerima lamaranmu. Aku bersedia untuk menjadi istrimu.. Istrimu..”
Kulihat Reny menitikkan air matanya, dan aku yakin itu adalah air mata kebahagiaan.

Ketika Semua Itu

No Comments »



“Kalian yang duduk dibelakang sana, tiga orang yang saya tunjuk untuk segera keluar dari kelas!”
Aku duduk diam membisu, pucat. Kulirik ketiga temanku yang senasib denganku juga terdiam.
“Kalian bertiga, segera keluar! Kalau tidak, biar saya yang keluar!”
“Oh Tuhan! Kenapa ini? Kenapa ini?” aku bertanya dalam hatiku yang dag-dig-dug.
“Dim, ayo kita keluar!” Yadi memanggil diriku yang sempat terdiam.
“Ayo Dim. Kita keluar!” Tony juga ikut serta mengajak diriku.
Tak ada jalan lain, saat ini seluruh isi kelas mempusatkan perhatian kepada aku, Yadi dan Tony. Kami adalah tersangka yang harus segera keluar agar kedamaian kelas ini bisa terjaga dan berkelanjut.
Aku mengambil bukuku diatas meja, membereskan peralatan tulis lalu menaruhnya didalam tas andalanku untuk segera pergi meninggalkan kelas. Sesaat sebelum meninggalkan pintu kelas aku melihat wajah muka Bapak Anton guru biologiku yang masih memasang wajah murka penuh kemarahan.
Kami bertiga, tidak segera pulang. Kami memilih untuk duduk dikantin menunggu jam pelajaran selesai. Mata kami saling menatap lesu. Kami menyadari kesalahan yang kami perbuat sebelumnya. Aku terlalu sibuk dengan membaca komik disaat Pak Anton menjelaskan, Yadi sibuk ber-twitter-ria digadgetnya, Tony sibuk melamun dan sesekali memecahkan jerawatnya dihadapan kaca yang lebarnya tidak lebih dari kartu pelajar. Kami benar-benar dalam dunia sendiri, tanpa memperhatikan guru yang sibuk menerangkan. Aaahh, sudahlah, ini sudah terlambat. Saat ini kami hanya berpikir untuk bisa meminta maaf secara langsung kepada beliau.
###
“Pak, maafin kami!” Aku, Yadi dan Tony berbicara secara serentak dengan bahasa yang lemah lembut khas orang bersalah.
Pak Anton masih berdiam diri duduk dimeja kantornya.
“Kami benar-benar salah, dan kami mohon maaf. Kami berjanji tidak akan mengulanginya.” Aku berucap sambil diiyakan kedua temanku.
“Baiklah, Bapak maafkan kalau kalian bisa mengerjakan tugas berikut ini. Kumpulkan segera sebelum bel jam pulang berbunyi. Oke!”
“Oke Pak!” Aku mengangkat ibu jari tanganku mengekspresikan kesanggupan.
Karena diburu oleh waktu, aku, Yadi dan Tony begitu kompak bahu membahu. Hingga akhirnya tugas itu selesai cepat diluar target kami.
Selepas kami menyerahkannya ke Pak Anton. Kami merayakan dikantin sekolah. Keceriaan kami tumbuh kembali. Ternyata semua itu bisa berputar dengan cepat jika kita bersungguh-sungguh. Semenjak saat itu, aku, Yadi dan Tony menjadi tiga orang sahabat yang erat dan kompak. Life is colorfull.

Sepotong Cinta Donat

Selasa, Maret 12 No Comments »



 Source: here and edit by myself

"Cil, nukar donatnya lawan onde-onde, campur sepuluh ribu."
"Iya nak, stumatlah."
"Wah, rame jua lah Cil jualannya."
"Alhamdulillah nak" kali ini Acil tersenyum lebar. Jualan kuenya di pasar sedang rame-ramenya. Sepertinya ada seseorang pembeli yang membeli kue dalam jumlah banyak.
"Ini nak, kuenya.."
"Iya Cil, makasih ya."

Kini satu plastik penuh isi kue donat dan onde-onde berada ditanganku. Bergegas sudah diriku untuk kembali pulang. Dalam anganku, menikmati kue ini dengan teh panas sungguh enak sekali. Nyaaammm..

Tak lama berselang, aku duduk di depan tv. Kini didepanku telah siap satu buah donat dan segelas teh hangat yang manis. Aku memperhatikan donat ini. Bentuknya sangat menggoda.

Entah bagaimana caranya, mungkin saja daya imajinasiku yang tinggi,tiba-tiba saja dari sana pikiranku melayang-layang. Hingga akhirnya aku tersenyum sendiri, karena dari donat ini aku menemukan sebuah analogi yang lucu mengenai cinta dan kasih sayang.

Dalam pikiranku, cinta dan kasih sayang itu berbeda, tapi saling mendukung dan melengkapi. Seperti halnya sebuah tepung dalam donat. Tepung adalah kasih sayang dan donat adalah cintanya.

Cinta itu tidak ada jika tanpa kasih sayang. Namun kasih sayang selalu ada, dimana-mana. Cinta adalah rasa ingin memiliki sedang kasih sayang lebih mengarah kepada hal yang natural.

Bahan baku cinta adalah kasih sayang. Jika kasih sayang itu tidak ada maka mustahil cinta itu ada. Jika kasih sayang itu terlalu sedikit niscaya cinta yang ada bakal cepat pudar. Namun jika kasih sayang itu berlebih maka cinta itu bakal meluber tanpa tentu tak terarah.

Walaupun cinta itu tidak memerlukan logika -- seperti yang dinyanyikan oleh Agnes Monica, namun cinta itu memerlukan sebuah persyaratan akal nurani. Cinta yang bersyarat akal nurani selalu menjadikan kamu terarah dalam pikiran yang positif dan indah.

Sering halnya kita lihat, cinta yang meluber sering kali mencelakakan kita dan orang lain. Kita selalu kalut, selalu tak bisa berpikir dengan baik karena kita terlalu dibutakannya akan sebuah kehilangan.
Sifat posesif yang mengekang, sifat fanatik yang menjurus buta aturan yang akhirnya membuat sesuatu yang kita cintai menjadi tidak nyaman dan pergi.

Jika memang oleh suatu keadaan cinta tidak bisa bersatu, apakah engkau harus terus memaksa? Jika cintamu bertepuk sebelah tangan, apakah engaku harus selalu mengikhlaskannya? Ini adalah pertanyaan yang tak bisa dijawab. Hanya dirimu sendiri yang bisa menjawabnya. Sedang menurut saya, kembali kepada hal yang dinamakan kasih sayang. Itu semua adalah hal natural, bahkan Tuhan pun penuh kasih sayang.
Seperti itulah kasih sayang, kasih sayang yang tepat dan dengan penuh kelembutan dan keikhlasan tentunya memberikan rasa cinta yang enak dan indah.

Seperti halnya kelembutan donat oleh karena takaran yang pas oleh ukuran tepungnya. Bumbu-bumbu lainnya sebagai bahan tambahan dalam membuat donat yang enak bisa menjadi sesuatu hal yang menarik. Seperti halnya cinta yang enak dan indah, bisa didapat dari sikap suka, rasa benci dan mungkin  kesedihan yang diikat oleh kasih sayang sebagai bahan utamanya.

Cinta adalah sesuatu yang abstrak, meskipun mencoba diibaratkan dengan tepung dan donat. Namun dari semuanya itu bisa diperdebatkan kembali..

Aaaah... Sudahlah, biar kunikmatin dulu donat yang enak ini. Buatan acil dipasar yang mungkin dibuat pada waktu subuh hari dirumahnya. Waktu dimana yang aku pun mungkin belum beranjak bangun. Dan sekarang, aku menikmatinya pada pagi hari sebagai menu sarapan untuk energi penyemangat awal hariku.
Sungguh luar biasa, bisa memakan donat yang dibuat oleh Acil ini. Yang dibuat dengan cinta, harapan dan bahkan mungkin terselip sebuah doa untuk mendapatkan sebuah rezeki penyambung hidup.
Sungguh, sebuah donat yang tappingnya bertabur gula halus, manis dan gurih yang tak kalah oleh donat buatan waralaba kenamaan yang ada di mall-mall kota. Nyaaammmyy..

footnote:
1. Cil, Acil: Panggilan untuk tante, wanita dewasa dalam bahasa banjar.
2. Lawan: Diartikan "dengan" dalam bahasa banjar.
3. Stumat: Sebentar dalam bahasa banjar.

Jayesslee

Baca selengkapnya » | Senin, Maret 4 No Comments »


Opening says:

"Waktu itu saya sedang membuka sebuah situs yang isinya tentang resensi buku (thebookielooker.com). Dan dari sana saya secara tidak sengaja mendengar sebuah lagu dari PSY yang berjudul Gangnam Style tapi di-cover sama penyanyi wanita bersuara merdu dan manis secara akustik. Saya langsung benar-benar suka dengan cara bagaimana mereka meng-cover-nya. Karena penasaran siapa yang menyanyikannya (kebetulan disitus tersebut tidak disebutkan siapa penyanyinya) saya langsung membuka situs youtube. Dengan mengetik kata kunci "PSY Gangnam Style Cover" ternyata resultnya beraneka ragam, kemudian karena wanita yang membawakannya saya mempersempit pilihan. Dan... Akhirnya, Jayesslee -lah yang saya cari.."

Si Malmut

Sabtu, Maret 2 No Comments »

ilustrasi/google


"Bunda, Bunda... Ananda lapar Bunda .." Ucap malmut si anak babi lucu kepada induknya.
"Sabar ya Nak, sebentar lagi Papa pulang. Papa pasti bakal bawa makanan yang lezat-lezat." Si Induk mencoba menghibur sambil sesekali melihat kearah keluar. Hatinya gelisah, menunggu kedatangan pasangan hidupnya.

Sementara itu, disebuah hutan dekat pemukiman warga manusia. Sekelompok manusia sibuk dengan berbagai aktifitas. Ada yang membawa kamera, mikrofon, senapan, dan senter besar. Lalu, salah seorang dari mereka menghadap kamera lalu berkata: "Permisa, kami adalah tim pemburu. Kali ini, kami berada disebuah hutan yang didalamnya menurut warga sekitar masih banyak hama babi hutan berkeliaran. Warga resah, karena hama babi tersebut sering masuk kepemukiman warga dan tidak jarang merusak kebun milik warga."

Disisi lain, seekor babi hutan yang sedang berlari sambil mengigit tupai tertangkap senter para pemburu.
"Cepat, cepat.. Disitu ada babinya.." Salah seorang berteriak, lalu mengambil kuda-kuda untuk menembak. Dan "dorr.." Suara letusan senapan terdengar keras.
"Pemirsa, hama babi hutan yang terlihat tadi sudah dalam bidikan kami. Dan kami sukses menembak dengan satu kali tembakkan." Sesaat sekelompok manusia itu berjalan mendekati, tiba-tiba babi itu bangkit dan lari. "Permisa, tampaknya bidikan kami tidak begitu akuraa.." "Dorr..!!" Belum sempat pembawa acara itu menyelesaikan kalimatnya, seorang rekannya telah menembak dengan cepat.
"Pemirsa, kali ini kami berhasil menembak dengan tepat hama babi tersebut. Kita berhasil permisa." Lalu gelak tawa dan teriakan kemenangan menyelimuti sekelompok manusia itu. 
***

Tak jauh dari tempat kejadian, tampak seekor babi betina bersama anaknya melihat peristiwa itu. Dari lebatnya rumput, tempat persembunyian mereka. Seekor babi lucu bernama Malmut berkata: "Bunda, salah Papa apa? Kenapa mereka membunuh Papa? Papa kan tidak jahat..! Huuhuu..." Babi kecil itu menangis. Sedangkan si Induk hanya menunduk sendu tak berkalang.