“Putri! Jangan lari kesana!”, teriak sang Pengembara.
Putri terus saja berlari menjauh. Tak digubrisnya teriakkan
sang pengembara.
“Aaakkk…”, Putri berteriak kesakitan.
“Sial!”, hardik sang pengembara sambil menunggang kuda
hitamnya. Dipecut kudanya agar berlari secepat mungkin. Tak ingin ia melihat
sang Putri diserang para zombie.
“Hauumm.. haumm..”, para zombie berucap tak jelas.
“Pergi… pergi sana!”, teriak sang Putri mengusir para zombie
tersebut.
Ketika jarak zombie dan Putri semakin dekat. Tiba-tiba
terdengar suara tembakkan keras.
“Dorrr!” satu zombie pecah kepalanya.
“Dorrr… Dorrr…” dua zombie hancur badannya.
“Sial, peluruku habis!” maki sang Pengembara. “Putri, cepat
naik ke kudaku ini. Segera!”, sang Pengembara berhasil mendekati Putri.
“Tapi kamu bagaimana?”, tanya sang Putri.
“Tenang! Aku akan baik-baik saja! Cepat pergi dari sini!”
Tiba-tiba sang Pengembara mengeluarkan pedang panjangnya.
Tanpa ampun, lima zombie yang tersisa habis ditebas kepalanya.
“Kenapa kamu tidak pergi?”, tanya sang Pengembara.
“Aku takut… takut jika aku sendiri dan kamu terluka”, jawab
sang Putri.
“Cck.. Dasar gila!”
Sang Pengembara akhirnya pergi menuju kearah utara bersama
dengan sang Putri yang duduk dibelakangnya. Kuda hitam itu berlari kencang, tapi
tidak sekencang sebelumnya.