Archive for Agustus 2012

Natural

Baca selengkapnya » | Selasa, Agustus 28 No Comments »

"Praak!!" bunyi hp yang ku banting pecah tak karuan. Aku tak perduli lagi tentang betapa mahalnya harga hp ini. Sungguh sudah gak kuperdulikan lagi. 'Sungguh!'
"Hei! apa itu?!" teriak Nisa dari kejauhan.
"Emang kenapa?!" aku membalas teriak.
"Itu! Kenapa hpmu kamu banting?!" Nisa bergegas menghampiriku.
"Aku gak mau tau!" jawabku dengan gusar sambil menahan emosi yang hendak keluar bagai jerawat pecah.
Pandanganku jauh kedepan, meskipun Nisa kini telah ada disampingku, lebih tepatnya didekatku. Tapi tetap saja ku acuhkan.

"Jangan jadi pecundang yang marah tak jelas seperti itu!" Nisa berusaha menenangkanku.
"Nis, Aku sudah tak tahan lagi! Lebih baik aku banting saja benda ini daripada aku berbuat yang lebih kacau lagi. Emosiku hampir tak bisa kubendung lagi."
"Sabar Ndra, kamu itu kuat, seperti yang aku tahu selama ini."
"Apa yang kamu tahu tentang aku, Nis?!"
"Yang aku tahu, kamu adalah seorang laki-laki yang periang dan kuat!"
".......... " aku terdiam.
"Tenang Ndra, jangan lagi kau lakukan ini."
"Baiklah Nis."
"Ceritakan dulu apa masalahmu?"
"Engkau tahu Dhana kan Nis?"
"Tahu, kenapa dia?"
"Ririn ~ pacarku, mereka mengkhianatiku! Ingin rasanya kubunuh mereka!"
"Mengkhianati bagaimana?"
"Mereka pacaran! Dhana merebut dia dari aku. Secara diam-diam!"
"Terus?"
"Iya, mereka sangat pandai menyembunyikan semuanya. Aku tak sadar apa yang telah terjadi selama ini. Benar-benar tertipu aku! Dan parahnya lagi mereka akan menikah tidak lama lagi."
"Menikah?"
"Iya, seperti itu.."
"Ndra, jika memang begitu lepaskanlah mereka?"
"Apa maksudmu?!"
"Tampaknya Ririn memiliki cinta yang kuat dengan Dhana daripada ke kamu. Bukankah itu lebih baik?"
Aku terdiam, tatapan mataku kini menatap lebih dalam ke arah wajah Nisa. Aku berusaha mengambil maksud dari setiap perkataannya.
"Lepaskanlah dia Ndra. Dengan begitu, perasaanmu bakal lebih tenang. Menjalani hidup tanpa beban luka lebih enak."
Aku masih terdiam.
"Ingat! Anggap ini sebagai bagian jalan hidupmu. Tuhan pasti sudah punya rencana. Biarlah waktu yang akan menghapus itu semua. mengobatimu."
Tak ada yang bisa aku lakukan kini. Semua perkataan Nisa membuatku bisa sedikit berpikir dengan akal sehat. Emosiku yang sempat meletup-letup, kini telah berangsur padam. Tapi hati ini tak bisa dibohongi. Aku masih tergoncang