Jay: “Jen, apa kabar?”
Jen: “Baik, hmm.. kok kamu tumben malam begini telpon?”
Jay: “Oo.. Kamu gimana disana? Sudah kerasan belum?”
Jen: “Ya… lumayanlah. Sedikit bisa beradaptasi dengan kota
yang ramai ini. Teman-teman kampus juga asik-asik kok.”
Jay: “Syukurlah…”
Jen: “Jahat kamu Jay! Pertanyaanku kok kamu belum jawab?”
Jay: “Yang mana?”
Jen: “Itu… Kenapa kamu tumben telpon jam segini?”
Jay: “Aku kangen…”
Jen: “Kangen?”
Jay: “Iya, aku kangen kamu! Sumpah!”
Jen: “Kenapa? Dulu waktu kita dekat, kamu cuek-cuek aja?”
Jay: “Iya aku tahu itu. Sepertinya aku baru sadar akan kamu!”
Jen: “Sadar kenapa?”
Jay: “Hanya kamu yang mengerti aku. Aku benar-benar merasa
tenang dan nyaman bila dekat denganmu!”
Jen: “Kamu serius?!”
Jay: “Iya, aku serius! Aku terlambat menyadari ketika kamu
jauh dari aku. Ternyata aku sayang sama kamu.”
Jen: “Kamu gak mabuk kan?”
Jay: “Gak! Aku sadar dua ratus persen! Mungkin aku mabuk
kamu! Aku ingin selalu dekat denganmu!”
Jen: “Aku takut itu hanya perasaan semu saja, Jay!”
Jay: “Tidak! Bila itu semu, kenapa aku selalu memikirkan
kamu? Bahkan aroma parfummu, terkadang masih bisa aku cium. Walau kamu gak ada
disini!”
Jen: “Kamu sayang aku?”
Jay: “Iya! Aku sayang kamu Jen!
Jen: “Aku ragu!”
Jay: “Sudahlah, kapan kamu balik?”
Jen: “Besok lusa kayaknya, kebetulan itu libur semester.
Orang tua juga minta aku pulang.”
Jay: “Baiklah aku jemput kamu! Tunggu aku ya!”
Jen: “Okey!”
Waktu berjalan dengan cepat, cinta itu benar-benar membuat semuanya
semakin cepat saja. Jayadi begitu semangat ketika hari ini adalah hari
kepulangan Jenny. Jayadi tak sabar hati, begitu pula dengan Jenny yang ternyata
sudah menunggu di terminal kedatangan bandara.
Sepuluh menit, dua belas menit, hingga satu jam lamanya
Jenny menunggu. Selama menunggu itu pula Jenny berusaha menghubungi Jayadi
lewat telepon genggamnya. Akhirnya Jenny merasa kecewa karena Jayadi tidak
menjemputnya, bahkan untuk mengangkat teleponnya dan membalas saja tidak ada.
Sesaat ditengah perjalanan, Jenny melihat sebuah kecelakaan
mobil. Jenny hafal betul mobil itu, terlebih lagi stiker “khas klub bola” Real
Madrid dikaca bagian belakang. Jenny menyetop taxi yang ditumpanginya. Jenny
berlari kearah mobil itu. Sungguh diluar dugaan, itu adalah mobil Jayadi.
Jenny panik melihat Jayadi bersimbah darah. Dan ketika itu juga, seorang
petugas kesehatan yang menolong mengangkat tubuh Jayadi. Diperiksa semua tanda
kehidupannya. Dan ternyata naas, hari itu adalah hari terakhir bagi Jenny melihat
Jayadi. Jayadi telah meninggal dalam kecelakaan itu. Jenny berlari, merangkul
Jayadi. Dari kantung bajunya, Jenny melihat sebuah handphone, dari sana dia
melihat semua panggilan masuk dengan nama "My Love ever Jenny". Jenny menangis meraung-raung melihat itu semua.
aww :'(
BalasHapus