Aku duduk diam sendirian didepan kafe tempat dulu kita sering
bertemu. Jikalau bukan karena acara ulang tahun sahabatku dikafe ini, tentu
sebisa mungkin aku menghindari untuk kembali berada disini. Terlebih lagi, suasana
saat ini begitu membuat diriku kembali mengingat dirimu.. Ya, Dirimu! Cuaca yang
sedikit lembab dengan menyisakan sisa-sisa air hujan yang masih tampak jelas
disekitarku. Walau sinar mentari sudah mulai menggeliat, tapi udara yang kurasa
masih sangat sejuk. Terlebih lagi aroma khas setelah usai hujan yang begitu
segar menyeruak di indra penciumanku ini. Aku langsung bergetar, bukan yang
lebih tepat hatiku yang bergetar. Hatiku bergetar mengingat dirimu kembali
berada dipikiranku. Aku kembali berusaha mengingat dan menghitung waktu kapan terakhir
kali kita duduk mengobrol dikafe ini. Dan ternyata itu sudah hampir 2 tahun
yang lalu.
Aku bingung dengan diriku. Dan terkadang aku lebih
menganggap diriku ini bodoh. Bukannya karena apa, masalahnya aku sering
menasehati sahabat-sahabatku untuk bisa move
on kedepan. Melupakan masa lalu yang masih menyangkut. Tapi aku? Melupakanmu
adalah hal yang paling sulit aku lakukan. Bayanganmu selalu hadir disetiap
hari-hariku. Aku rasa.. aku terkena kutukan cinta denganmu. Jikalau saja aku
tahu penangkal kutukan ini, pasti sudah kulakukan dari dulu.
Hai kamu yang ada diatas sana! Kamu yang bernama Denar,
lelaki yang telah memberikan kutukan ini kepadaku. Mengapa kamu pergi begitu
saja tanpa memberi tahukan dulu cara penangkalnya. Aku disini merasa sepi sendirian tanpa
dirimu. Terlebih lagi, sekarang ini aku berada ditempat favorit kita. Aku rindu
kamu.. rindu banget sebanget-bangetnya. Aku rindu caramu melihat diriku. Senyumanmu
ketika melihat aku meniup poni rambutku dengan mulutku sendiri. Dan yang
terlebih lagi, hanya kamu saja yang tahu bahwa aku benar-benar suka ketika band
musik dikafe ini menyanyikan lagu Christian
Bautista yang berjudul ‘The way you
look at me’..
Denar, bantu aku dari atas sana ya! Aku tahu kamu sudah
bahagia bersama bidadari-bidadari disurga sana. Aku tidak mau mengusikmu lebih
jauh lagi. Bantu aku untuk tetap bisa berjalan dengan baik dipermukaan ini. Aku
yakin, aku bakal menemukan semangatmu didalam orang lain. Orang yang kelak akan
membuatku bahagia, seperti yang kamu lakukan dahulu.. I miss you, Denar.